Wanita Berhak Mendapatkan Ilmu

Islam adalah agama yang mengedepankan Ilmu. Bagaimana tidak? Sedangkan wahyu yang pertama diturunkan kepada Rasulullah shalallahu alaihi wassalam dan menjadikan beliau sebagai nabi adalah surat al-Alaq yang dimulai dengan kalimat perintah, “Bacalah”.

Di dalam al-Qur’an banyak motivasi tentang ilmu.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,

يَرۡفَعِ اللّٰهُ الَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡا مِنۡكُمۡ ۙ وَالَّذِيۡنَ اُوۡتُوا الۡعِلۡمَ دَرَجٰتٍ

“Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.” (QS. Al-Mujadilah: 11)

Allah juga berfirman,

قُلۡ هَلۡ يَسۡتَوِى الَّذِيۡنَ يَعۡلَمُوۡنَ وَالَّذِيۡنَ لَا يَعۡلَمُوۡنَ‌ؕ

“Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” (QS. Az-Zumar: 9)

Dan masih banyak lagi ayat-ayat al-Quran yang tersurat maupun tersirat menyanjung ilmu maupun ulama.

Menuntut ilmu Agama itu adalah sebuah kewajiban. Sebagaimana sabda Nabi shalallahu alaihi wassalam,

طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ

“Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim.” (HR. Ibnu Majah, no. 224)

Dalam setiap kewajiban hukum asalnya adalah wajib dilakukan oleh laki-laki dan wanita, terkecuali ada dalil yang membedakan keduanya. Termasuk juga dalam kewajiban menuntut ilmu, maka wanita pun memiliki kewajiban yang sama untuk menuntut ilmu.

Dari sini pun bisa disimpulkan sebagaimana lelaki memiliki hak mendapatkan ilmu, demikian pula wanita pun memiliki hak untuk mendapatkan ilmu.

Hal inilah yang dicontohkan oleh para shahabiyah di masa Nabi shalallahu alaihi wassalam. Dalam sebuah riwayat disebutkan,

عَنْ أَبِي سَعِيدٍ جَاءَتْ امْرَأَةٌ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَتْ : يَا رَسُولَ اللَّهِ ، ذَهَبَ الرِّجَالُ بِحَدِيثِكَ فَاجْعَلْ لَنَا مِنْ نَفْسِكَ يَوْمًا نَأْتِيكَ فِيهِ تُعَلِّمُنَا مِمَّا عَلَّمَكَ اللَّهُ . فَقَالَ : اجْتَمِعْنَ فِي يَوْمِ كَذَا وَكَذَا فِي مَكَانِ كَذَا وَكَذَا فَاجْتَمَعْنَ ، فَأَتَاهُنَّ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَعَلَّمَهُنَّ مِمَّا عَلَّمَهُ اللَّهُ ثُمَّ قَالَ : مَا مِنْكُنَّ امْرَأَةٌ تُقَدِّمُ بَيْنَ يَدَيْهَا مِنْ وَلَدِهَا ثَلاثَةً إِلا كَانُوا لَهَا حِجَابًا مِنْ النَّارِ . فَقَالَتْ امْرَأَةٌ مِنْهُنَّ : يَا رَسُولَ اللَّهِ ، أَوْ اثْنَيْنِ ؟ قَالَ : فَأَعَادَتْهَا مَرَّتَيْنِ ، ثُمَّ قَالَ : وَاثْنَيْنِ وَاثْنَيْنِ وَاثْنَيْنِ.

“Dari Abu Said Al-Khudzri -semoga Allah meridhainya- ; Datang seorang wanita kepada Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam kemudian berkata;
‘Wahai Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam, para lelaki telah pergi dengan mendapatkan haditsmu. Berikan waktu untuk kami sehari, kami akan datang kepada Engkau agar kami belajar apa yang telah Allah ajarkan kepada Engkau.’

Maka Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda; ‘Berkumpullah kalian di lokasi anu pada hari anu’. Mereka lantas berkumpul dan beliau shalallahu alaihi wassalam mendatangi mereka mengajari mereka apa yang telah Allah ajarkan kepada beliau.”

Kemudian (di antara ilmu yang beliau ajarkan-pent) “Tidak ada seorang wanitapun yang ditinggal mati oleh tiga anaknya kecuali akan menjadi penghalang baginya dari neraka.” Seorang wanita bertanya: “ًWahai Rasulullah Bagaimana kalau Cuma dua?”. Wanita tadi mengulangi pertanyaan hingga dua kali. Kemudian Nabi menjawab: “Sekalipun dua, Sekalipun dua, Sekalipun dua” (Muttafaq Alaih)

Faidah Hadits:
1. Bolehnya mengkhususkan hari untuk para wanita belajar dan tidak bergabung bersama pria.
2. Bahwasannya para wanita tidak merecoki pria meskipun dalam perkara belajar ilmu agama
3. Hadits ini menunjukan haramnya Ikhtilat (campur baur)
4. Perhatian pada perbedaan antara pria dan wanita dalam masalah amaliyah dan juga ta’lim
5. Wanita memiliki keistimewaan rasa malu, maka harus memperhatikan hal tersebut dalam setiap kegiatan tertentu
6. Nabi shalallahu alaihi wassalam mengabulkan permintaan para wanita, ini menunjukan perhatian Nabi shalallahu alaihi wassalam dengan pengajaran wanita
7. Anjuran wanita untuk sabar atas kehilangan anak dan bahwasannya pahalanya adalah surga
8. Bahwasannya yang meninggal dari anak kecil kaum muslimin, maka anak tersebut akan ada di Surga dan akan menjadi sebab kedua orangtuanya masuk Surga
9. Semangat para Shahabiyah untuk mempelajari perkara agama
10. Bolehnya wanita berdialog dengan orang alim yang menjaga kehormatannya dalam perkara agama, terlebih lagi dalam perkara yang belum dipahami yang dia pelajari

ِAlhamdulillah Pesantren Islam Al Irsyad telah membuka pesantren putri. Semoga keberadaan pesantren putri di PIA menjadi wasilah untuk para wanita mencari ilmu dan menjadi ladang pahala bagi siapa saja yang telah berusaha untuk berdirinya pesantren putri. Wallahu Waliyuttaufiq.

Disarikan dari kitab Syarah Umdatul Mar’ah Syaikh Adil Husain Yusuf Al-Hamd.

Arif Ardiansyah, Lc

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *